Sunday, November 6, 2016

Trip to Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, Lembang - Part 1

Maaf jika tulisannya berantakan. Mungkin postingan ini baru sebatas draft, dan akan dikoreksi di kemudian hari. Hal ini penting karena selama ini foto dan video liburan seringkali hanya berakhir di memory card/ harddisk komputer saja, padahal banyak sekali hal menarik yang bisa diceritakan. Mending ditulis dulu jadi draft ala kadarnya, biar rencana untuk menggunakan blog sebagai media untuk berbagi pengalaman dapat terlaksana. Maklum, bukan belum jadi blogger sejati. So, here we go!

Agenda utamanya sih menghadiri wisuda adik yang kuliah di Gunadarma jurusan Sistem Informatika (kalau tidak salah, sorry lupa). Rencana berangkat dengan mengendarai mobil pribadi. Sempat mengajak sepupu untuk menjadi sopir karena pengalamannya yang sudah sering ke luar kota. Namun karena kesibukannya yang tidak bisa ditinggalkan, akhirnya dia batal ikut berangkat. Tinggal lah saya dan bapak saya yang bisa diandalkan, padahal saya belum pernah menyetir ke luar kota. Bapak saya pun karena faktor umur, kalau malam sedikit kesulitan dalam melihat jalan. Namun karena nawaitunya kuat, ya rasanya sih pede aja. Akhirnya fix berangkat tanggal 20 Oktober 2016.

Persiapan sebelum keberangkatan dilakukan H-2. Dalam hal mengemudi saya coba Googling tips-tips berkendara ke luar kota, lumayan membantu. Saya juga membaca ulang buku panduan mobil untuk mengingat-ingat fiturnya. Untuk mobilnya sendiri cuma dicheck sekilas saja oleh bapaknya sepupu saya yang tadi, mau dibawa ke bengkel lagi gak punya duit :p . Namun rasanya tidak ada masalah karena mobilnya masih lumayan baru dan jarang sekali digunakan. Akhirnya hari keberangkatan pun tiba, saya bertiga (bersama ibu dan bapak) berangkat pagi dari Palembang. Rencana di kepala saya sih sehabis subuh langsung cabut ke jalan Lintas Timur, alasannya biar jalanan masih lengang dan cepat sampai ke Pelabuhan Bakauheni. Namun ternyata H-1 emak saya mengorder empek-empek yang baru bisa diambil pagi-pagi H0, terpaksa mampir ke rumah tukang empek-empeknya yang berada di Jalan Depaten, nama warungnya Pempek Jimmy Devaten (recommended) (not endorsed) (not yet) (but want it)

Setelah mengambil pempek tersebut barulah melanjutkan perjalanan ke arah Jembatan Musi 2 untuk menuju jalur Lintas Timur. Jalanan relatif lancar, tidak ada kemacetan yang berarti. Sepanjang perjalanan disempatkan untuk berhenti dalam kurun waktu 3-4 jam perjalanan untuk mampir ke toilet dan beristirahat sejenak. Saat menjelang waktu makan siang posisi berada di (lupa, nanti diupdate) namun karena bapak saya tidak mau makan di sembarang tempat, akhirnya kita memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dengan memakan apa saja yang ada sebagai pengganjal perut. Untuk makan siang nanti kami putuskan untuk makan di RM Padang Begadang 3 yang legendaris itu. Legendaris karena sejak dulu kalau naik bus antar kota biasanya istirahat/ mampir ke sini. Yah, ditahan 1-2 jam lagi lah laparnya tidak apa-apa. Namun perkiraan meleset dan baru sampai daerah Natar sekitar jam 4-an :'(







Rumah makan yang cocok untuk anak arsitek, Begadang 3 (malam)
Setelah menyantap masakan Padang dengan lahap kami pun melanjutkan perjalanan. Hari sudah mulai sore menjelang malam, kendaraan mulai menyalakan lampu depannya. Saya menjaga laju kendaraan agar tidak melebihi 60 Km/ jam guna menghindari kecelakaan. O ya, disini saya sendiri yang masih menyetir karena saya anggap ini kesempatan yang baik untuk menambah jam terbang, pengalaman, di sini pula saya pertama kali belajar menyalip kendaraan besar yang berjalan lambat. Terasa sekali bedanya menyetir di dalam kota dengan di luar kota yang mustahil kita bisa ngebut di dalam kota . Hal yang saya khawatirkan ternyata malah terbalik, ternyata mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi itu menantang! God speed!

Setelah menempuh waktu belasan jam, akhirnya tiba di pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 10 malam. Dengan kondisi capek sehabis menyetir permasalahan mulai timbul. Setelah membayar tiket masuk di pintu gerbang pelabuhan saya menuju ke dermaga 2,sesuai yang tertera di tiket. Namun ternyata, karena papan nama dermaga tidak kelihatan, sementara tidak ada petugas yang berjaga di sekitar situ, akhirnya kami tersasar menuju ke Dermaga 6! Petugas di sana terkesan buru-buru ketika ditanya sehingga membingungkan, kita disuruh naik ke Dermaga 6, tidak apa-apa katanya. Akhirnya saya putuskan untuk kembali memutar ke depan untuk mencari Dermaga 2. Ternyata tidak ada jalur untuk memutar! sehingga kendaraan mesti keluar area Pelabuhan lagi untuk ke area depan. Pas masuk ke pintu gerbang lagi saya sampaikan kepada petugas di loket kalau saya tersasar, dan saya sudah bayar tiket sebelumnya. Namun ternyata pintu gate loket terhubung otomatis dengan komputer sehingga kami tidak diizinkan lewat disitu. Sebagai gantinya kami disuruh melewati jalan samping khusus staff pelabuhan, dengan melapor ke Satpam terlebuh dahulu.

Setelah melapor, oleh Satpam akhirnya kami dibawa dulu ke depan kantor pengelola pelabuhan, untuk menyelesaikan urusan ini kami cuma mengunggu di mobil, satpam tadi yang mengurusnya. Ternyata bukan kami saja yang tersasar, tadi juga ada mobil yang tersasar sebelum kami. Katanya ini karena sedang tidak ada petugas yang berjaga di area depan untuk mengarahkan mobil ke tujuannya. Ini pelajaran penting buat pengelola pelabuhan ini. Akhirnya setelah selesai urusan di kantor tersebut, kami dipandu oleh satpam menuju ke jalur yang benar. Setelah ditelusuri, akhirnya terlihat juga tulisan Dermaga 2 beserta kapal ferry yang akan dinaikki. Saya cukup tegang saat menaiki tanjakan pintu ferry yang lumayan terjal, takut nyemplung ke laut, juga takut mobilnya mundur (maklum newbie). Alhamdulillah ternyata tidak ada kendala.

Suasana pelabuhan Bakauheni malam hari


Parkir mobil pun saya sangat spesial, menghadap langsung menuju ramp turunan ke deck bawah tadi!. Sempat bingung dan bertanya kepada petugas yang mengatur parkir deck "gimana mobil lain bisa naik kalo saya parkir di sana?". Ternyata saya adalah penumpang terakhir untuk parkir mobil di deck tersebut. Keuntungannya saya bisa keluar duluan kalo truck-truck di deck bawah sudah keluar, mantap. Di sini saya sadar bahwa masalah tergantung kita menyikapinya, ada hikmah yang tersembunyi di baliknya. Setelah 2,5 jam perjalanan akhirnya tiba di Pelabuhan Merak. Dari sini Google Map mulai dinyalakan dengan tujuan jl. Margonda, Depok. Kami memutuskan untuk ke Depok terlebih dahulu untuk men-drop barang-barang titipan adik,  lalu kemudian ke Bekasi untuk menginap di rumah Tante.

 
Parkir spesial
Parkir spesial
Ramp turun ke deck bawah


Namun karena baru pertama kali menggunakan Google Map, jadi tidak tahu fitur-fiturnya jadi hanya menscroll dan melihatnya seperti peta biasa, padahal ada fitur navigasi!. Walhasil kami tersasar di Pademangan karena salah keluar tol. Dengan kondisi yang capek akhirnya teringat kalo ada fitur pemandu di aplikasi ini, coba otak-atik menunya dan ketemu, fitur navigasi diaktifkan dan kita akhirnya berhasil kembali ke jalur yang benar setelah tersasar tengah malam menyusuri jalan tikus di kota Jakarta. Mobil pun ada yang lecet karena bersentuhan dengan ranting tanaman di tempat yang sempit, nyesek tapi sudah takdirnya. Setelah mengikuti panduan, akhirnya berhasil tiba di Jalan Margonda sekitar pukul 4 pagi. Tidak langsung ke tempat kost adik karena disamping kami belum tahu kondisi jalannya, juga tidak ingin membangunkan orang di pagi buta. Akhirnya diputuskan untuk mencari masjid untuk sholat subuh berjamaah.

Setelah mencari di sekitar jalan Margonda tapi tidak ketemu, akhirnya dapat lokasi masjid di Google Map yang berada di jalan yang cukup lebar dan ada tempat parkir mobil. Letaknya dekat dengan kampus Gunadarma lama. Setelah memarkir mobil, saya mencari toilet namun sedikit bingung karena kondisi masjid dalam keadaan sedang renovasi. Saya menelusuri tempat wudhu namun tidak ketemu. Lalu ada orang di sebelah saya hendak mengambil wudhu, kemudian saya bertanya di mana toilet berada. Tak disangka orang tersebut ternyata... Egi John :D . Saya tidak terlalu mengikuti gosip, namun ulahnya men-tag Riduan Kamil, Jokowi, dll di Instagram mau tidak mau bikin saya tidak tahan juga men-stalk akunnya. Saya sering berprasangka buruk saat melihat artis bersikap religius di media sosial, paling pencitraan. Ternyata saya keliru. Sebuah pelajaran untuk selalu tidak menilai orang lain tanpa tahu keadaan yang sebenarnya.Jadi ingat quote yang berbunyi "kita dianggap baik bukan karena kebaikan kita, namun Allah swt yang menutup aib kita", hal tersebut benar adanya.

Meet Chloe, salah satu penghuni kostan adek saya



Setelah subuh, baru kita bergerak ke kostan adik saya yang ternyata jalannya sempit. Untuk parkir saja memakan waktu cukup lama agar bisa menyisakan space yang cukup untuk kendaraan lain lewat. Bapak dan Ibu saya turun dan men-drop barang-barang adik saya ke kostannya, sementara saya memilih tidur di mobil karena capek disamping juga banyak barang berharga di mobil. Namun tidak lama kemudian saya dibangunkan dan disuruh naik ke atas (ruang kostan) karena sudah disediakan sarapan. Saya pun ke atas untuk makan dan ke kamar mandi, juga biar tidak penasaran bagaimana rupa kostannya. Setelah selesai sarapan, kami menunggu adik saya tersebut karena dia bersiap untuk pergi bekerja dan kami akan mengantarnya ke kantor. Setelah tiba di kantornya dan men-dropnya di situ, kami pun melanjutkan perjalanan ke Bekasi dengan navigasi dari Google Map.

Bersambung...

No comments:

Post a Comment