Tuesday, November 8, 2016

Trip to Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, Lembang - Part 2


Ini adalah lanjutan dari tulisan di sini.

Akhirnya kami pun tiba dengan selamat di Bekasi sekitar pukul 9 pagi. Hari itu hari Jumat, masih ada waktu beberapa jam sebelum waktu sholat Jumat tiba. Saya memanfaatkan jeda tersebut untuk mandi, lalu kemudian beristirahat. Terasa nyaman berbaring di atas kasur setelah berjam-jam duduk di dalam interior mobil yang sempit.  Menjelang adzan Dzuhur, tiba-tiba turun hujan. Terpaksa pergi ke Masjid dengan naik mobil. Masjidnya sebetulnya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 200 M dari rumah tante saya. Setelah parkir, saya dan bapak saya kemudian mengambil wudhu dan duduk di dalam masjid mendengarkan khotbah. Masjid ini terasa memorable bagi saya karena semenjak dulu saya ke Bekasi masjid ini sudah ada (begitu juga musholah yang berada tepat di depan rumah tante saya). Desain eksterior dan interiornya pun cukup proporsional dan artistik, sayang saya tidak membawa kamera dan handphone untuk mengambil foto.

Setelah usai sholat kami kembali ke rumah tante saya, makan siang, lalu tertidur di atas kasur yang digelar di depan tv. Efek menyetir berjam-jam baru terasa sekarang. O ya, sebelumnya saya sempat tidur di atas kapal ferry hampir sepanjang waktu, juga di mobil waktu di depan kost adik saya. Tapi capeknya tetap masih terasa, persis seperti habis melewati sidang tugas akhir :p . Jadi saya hanya bisa berbaring di atas kasur sambil sesekali terjaga, setengah sadar. Hari Jumat dilewati dengan beristirahat di rumah tante saya. Hari Sabtu pun tiba, tidak ada kegiatan yang dijadwalkan untuk hari ini kecuali mencuci mobil yang kotor berdebu agar nyaman saat dibawa ke Bandung. Sempat berpikir untuk pergi ke Masjid Istiqlal, namun karena masih capek juga mencuci mobilnya kesiangan, akhirnya batal.

Saat mencari tempat mencuci mobil dengan Google Map, saya sempat tersasar karena saat sampai dilokasi ternyata tempat cuci mobilnya tidak ada. Terpaksa mengubah tujuan, lalu kemudian mengikuti perintah navigasi. Di sini saya belajar kalau rute yang disugest oleh Google Map terkadang jalan yang hanya bisa dilewati satu mobil saja. Akibatnya kelabakan saat berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan. Mana jalannya sempit dan banyak dilewati motor pula. Untung bapak saya ikut pada waktu itu, dan turun mengatur agar jalan menjadi lancar kembali. Oleh karena itu saat kita disugest jalan yang sempit, jangan ragu untuk mengubah rute ke jalan yang lebih lebar karena Google Map akan otomatis memperbarui navigasinya. Ah, kenapa baru tau sekarang :D .Akhirnya hari Sabtu dilewatkan dengan beristirahat di rumah saja.

Sore hari ke dua adik saya tiba dari Depok dengan naik KRL dan Grab. Malam harinya saya bersama Mbak/ Ayuk sepupu menghabiskan waktu dengan mencoba make over wajah adik saya yang akan diwisuda, kocak abis. Saya kebagian mendekor alisnya, setelah itu kami mencoba trial dan error peralatan make up adik saya yang bungsu. Not bad actually :p , namuk karena kesulitan dalam menata rambut akhirnya diputuskan untuk kesalon besok pagi-pagi. Paginya adik saya ke salon dengan naik motor di antar Mbak sepupu saya, mana sempat jatuh pula, hahaha. Adik saya baik-baik saja, sementara Mbak sepupu saya lecet di lututnya, untung tidak cidera serius. Sementara mereka ke salon, saya ikut Ibu, Bapak, dan Tante saya yang berencana lari pagi di daerah Summarecon Bekasi.

Jl. A. Yani sebelum ditutup untuk Car Free Day, cuaca mendung
 Kami pergi berempat dengan naik mobil. Untuk menuju Summarecon Bekasi kami melewati Jl. Jend. A. Yani. Namun karena jalan tersebut tiap hari minggu diberlakukan car free day, kami meneruskan dengan berjalan kaki. Mobil diparkir di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi. Setelah parkir kami berjalan ke arah Utara menuju Jl. Boulevar A. Yani. Cuaca mendung kemudian berubah menjadi hujan rintik-rintik saat kami melewati jembatan di Boulevar A. Yani. Kami memutuskan untuk berteduh di bawah kanopi jembatan ini, tapi sia-sia karena atapnya ternyata bolong :D . O ya, salah satu tujuan saya ke sana adalah untuk melihat piramida yang mirip dengan piramida Louvre di Paris, cuma yang di Bekasi posisinya terbalik. Setelah sampai di sana kami menyempatkan berfoto sebentar, lalu kemudian memutar balik untuk pulang.


Melewati stadion Bekasi
Jalan kaki menuju fly over ke arah Summarecon Bekasi

Ornamen di pangkal fly over... bentar, pantat saya gatel (kata si celana merah)


Atapnya bolong, kami kehujanan

Kanopi di tengah fly over
Air hujan mengalir turun di atas aspal

Sebelah bawah fly over
Sudah sampai pangkal area Summarecon



Ada shuttle bus dan mobil damkar

Graha Boulevar

Sampai di tkp

Bergaya di depan Louvre... versi Bekasi

Setelah sampai di rumah sekitar jam 8, saya dan keluarga bersiap-siap untuk pergi ke JCC dimana wisuda diselenggarakan. Hujan turun lagi sehingga saya mesti menjemput adik saya yang masih berada di salon. Setelah semuanya selesai sekitar pukul 10, kami pun siap berangkat ke JCC dengan mengandalkan navigasi Google Maps. Jalanan yang dikhawatirkan macet ternyata cukup lancar, sehingga kami bisa sampai jam 11-an di Jl. Semanggi, sedangkan acara dimulai jam 12 siang. Saat tiba di Jl. Jend. Gatot Subroto, barulah antrean mobil mulai nampak. Semua mobil yang antre nampak menuju ke Balai Sidang JCC. Saat tiba disana kondisinya ramai, kami melewati dropping area lalu menuju tempat parkir yang lumayan jauh karena bagian yang terdekat sudah penuh.

 
Berfoto bersama di entrance hall

Gerombolan wisudawati

Wisudawati dan kedua ortunya

Setelah parkir kami berkumpul di entrance hall di dalam gedung tersebut. Suasananya ramai sekali. Adik saya berkumpul dengan teman-temannya, juga beberapa orang tua temannya. Saya jadi juru foto di moment ini. Setelah beberapa saat, waktunya untuk masuk ruang utama hall. Wisudawan hanya boleh didampingi kedua ortu, karena itu saya dan adik saya yang bungsu memutuskan untuk berkeliling saja, lalu mencari tempat istirahat. Karena tidak tersedia tempat duduk yang cukup akhirnya kami, juga kebanyakan orang duduk-duduk saja di lantai, lucu juga mengingat tempatnya yang grand (seluruh lantainya dari marmer) tapi kami santai saja lesehan di lantai. Setelah sholat dzuhur di lantai paling bawah dan menunggu beberapa saat disana, teredengar kabar bahwa anggota keluarga lain sudah boleh masuk ke ruang utama.

Ground floor

Tangga

Suasana di entrance hall

Musholah digelar di pojok groundfloor

Berkeliling dan mendapat spot yang bagus... *ckrek*

Saya dan adik saya bergegas kesana. Suasana ramai di pintu masuk dekat area tangga, sehingga kami memutuskan memutar dan masuk lewat pintu samping kiri arah belakang. Ternyata posisinya berada di belakang panggung, itu pun kursi sudah cukup penuh sehingga kami naik ke posisi duduk paling atas. Di sana saya hanya sempat merekam video ketika toga dipindah dari kejauhan, lumayan lah daripada tidak sama sekali. Saya pikir acara akan segera selesai,ternyata setelah itu ada sesi kuliah umum dari ketum Perindo... kacau. Mana perut keroncongan karena belum makan siang dan lupa membawa makanan. Setelah ditahan beberapa jam akhirnya pidato beliau kelar juga, namun ternyata acara masih lanjut dengan pindah tali toga wisudawan dari jurusan lain. Tiba-tiba ibu saya mengabari via whatsapp kalo dia kebelet pipis, btw saya dan adik saya bisa melihat posisi tempat duduknya dari kejauhan, dan akhirnya melihat ibu dan bapak saya turun kebawah menuju pintu keluar, kami pun menyusul.

Suasana di dalam hall

Hari Tanoe memberikan "wawasan ilmiah" (saya kutip dari Okezone beserta fotonya)... bapak disebelah saya menggerutu karena pidatonya kelamaan :p
Setelah usai acara... yang paling kanan selalu merem kalo kena flash
Di depan entrance hall foto-foto sebelum cabut

Akhirnya kami berkumpul berempat, kemudian mengambil sisa makanan di mobil dan menyantapnya di teras belakang area gedung yang lengang, lumayan untuk mengganjal perut. Sore hari menjelang maghrib akhirnya acara selesai. Saya dan keluarga hendak menuju entrance masuk untuk keluar gedung, tapi kondisi disana terlalu ramai dan padat. Kami pun memutuskan untuk memutar mengitari gedung ini untuk keluar, melewati area belakang tempat kami makan tadi. Setelah lumayan jauh berjalan kaki akhirnya kami berhasil dan sampai di area depan lagi, namun belum bertemu adik saya yang masih di dalam gedung. Singkat cerita akhirnya bapak, ibu, dan adik saya yang bungsu  kemudian menunggu di mobil, sementara saya mencari adik saya yang ternyata belum puas berkumpul dengan gerombolannya. Maklum, mungkin ini terakhir kali mereka berkumpul sebelum berpisah masing-masing... life sucks. Saya pun lagi menjadi juru foto yang baik di moment ini. Setelah itu kami kembali ke mobil, tak lama kemudian bersiap untuk kembali menuju Bekasi. Sebelum sampai rumah kami sempatkan untuk membeli Bebek Ela sebagai pelipur lara makan malam.

Bersambung...

Sunday, November 6, 2016

Trip to Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, Lembang - Part 1

Maaf jika tulisannya berantakan. Mungkin postingan ini baru sebatas draft, dan akan dikoreksi di kemudian hari. Hal ini penting karena selama ini foto dan video liburan seringkali hanya berakhir di memory card/ harddisk komputer saja, padahal banyak sekali hal menarik yang bisa diceritakan. Mending ditulis dulu jadi draft ala kadarnya, biar rencana untuk menggunakan blog sebagai media untuk berbagi pengalaman dapat terlaksana. Maklum, bukan belum jadi blogger sejati. So, here we go!

Agenda utamanya sih menghadiri wisuda adik yang kuliah di Gunadarma jurusan Sistem Informatika (kalau tidak salah, sorry lupa). Rencana berangkat dengan mengendarai mobil pribadi. Sempat mengajak sepupu untuk menjadi sopir karena pengalamannya yang sudah sering ke luar kota. Namun karena kesibukannya yang tidak bisa ditinggalkan, akhirnya dia batal ikut berangkat. Tinggal lah saya dan bapak saya yang bisa diandalkan, padahal saya belum pernah menyetir ke luar kota. Bapak saya pun karena faktor umur, kalau malam sedikit kesulitan dalam melihat jalan. Namun karena nawaitunya kuat, ya rasanya sih pede aja. Akhirnya fix berangkat tanggal 20 Oktober 2016.

Persiapan sebelum keberangkatan dilakukan H-2. Dalam hal mengemudi saya coba Googling tips-tips berkendara ke luar kota, lumayan membantu. Saya juga membaca ulang buku panduan mobil untuk mengingat-ingat fiturnya. Untuk mobilnya sendiri cuma dicheck sekilas saja oleh bapaknya sepupu saya yang tadi, mau dibawa ke bengkel lagi gak punya duit :p . Namun rasanya tidak ada masalah karena mobilnya masih lumayan baru dan jarang sekali digunakan. Akhirnya hari keberangkatan pun tiba, saya bertiga (bersama ibu dan bapak) berangkat pagi dari Palembang. Rencana di kepala saya sih sehabis subuh langsung cabut ke jalan Lintas Timur, alasannya biar jalanan masih lengang dan cepat sampai ke Pelabuhan Bakauheni. Namun ternyata H-1 emak saya mengorder empek-empek yang baru bisa diambil pagi-pagi H0, terpaksa mampir ke rumah tukang empek-empeknya yang berada di Jalan Depaten, nama warungnya Pempek Jimmy Devaten (recommended) (not endorsed) (not yet) (but want it)

Setelah mengambil pempek tersebut barulah melanjutkan perjalanan ke arah Jembatan Musi 2 untuk menuju jalur Lintas Timur. Jalanan relatif lancar, tidak ada kemacetan yang berarti. Sepanjang perjalanan disempatkan untuk berhenti dalam kurun waktu 3-4 jam perjalanan untuk mampir ke toilet dan beristirahat sejenak. Saat menjelang waktu makan siang posisi berada di (lupa, nanti diupdate) namun karena bapak saya tidak mau makan di sembarang tempat, akhirnya kita memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan dengan memakan apa saja yang ada sebagai pengganjal perut. Untuk makan siang nanti kami putuskan untuk makan di RM Padang Begadang 3 yang legendaris itu. Legendaris karena sejak dulu kalau naik bus antar kota biasanya istirahat/ mampir ke sini. Yah, ditahan 1-2 jam lagi lah laparnya tidak apa-apa. Namun perkiraan meleset dan baru sampai daerah Natar sekitar jam 4-an :'(







Rumah makan yang cocok untuk anak arsitek, Begadang 3 (malam)
Setelah menyantap masakan Padang dengan lahap kami pun melanjutkan perjalanan. Hari sudah mulai sore menjelang malam, kendaraan mulai menyalakan lampu depannya. Saya menjaga laju kendaraan agar tidak melebihi 60 Km/ jam guna menghindari kecelakaan. O ya, disini saya sendiri yang masih menyetir karena saya anggap ini kesempatan yang baik untuk menambah jam terbang, pengalaman, di sini pula saya pertama kali belajar menyalip kendaraan besar yang berjalan lambat. Terasa sekali bedanya menyetir di dalam kota dengan di luar kota yang mustahil kita bisa ngebut di dalam kota . Hal yang saya khawatirkan ternyata malah terbalik, ternyata mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi itu menantang! God speed!

Setelah menempuh waktu belasan jam, akhirnya tiba di pelabuhan Bakauheni sekitar pukul 10 malam. Dengan kondisi capek sehabis menyetir permasalahan mulai timbul. Setelah membayar tiket masuk di pintu gerbang pelabuhan saya menuju ke dermaga 2,sesuai yang tertera di tiket. Namun ternyata, karena papan nama dermaga tidak kelihatan, sementara tidak ada petugas yang berjaga di sekitar situ, akhirnya kami tersasar menuju ke Dermaga 6! Petugas di sana terkesan buru-buru ketika ditanya sehingga membingungkan, kita disuruh naik ke Dermaga 6, tidak apa-apa katanya. Akhirnya saya putuskan untuk kembali memutar ke depan untuk mencari Dermaga 2. Ternyata tidak ada jalur untuk memutar! sehingga kendaraan mesti keluar area Pelabuhan lagi untuk ke area depan. Pas masuk ke pintu gerbang lagi saya sampaikan kepada petugas di loket kalau saya tersasar, dan saya sudah bayar tiket sebelumnya. Namun ternyata pintu gate loket terhubung otomatis dengan komputer sehingga kami tidak diizinkan lewat disitu. Sebagai gantinya kami disuruh melewati jalan samping khusus staff pelabuhan, dengan melapor ke Satpam terlebuh dahulu.

Setelah melapor, oleh Satpam akhirnya kami dibawa dulu ke depan kantor pengelola pelabuhan, untuk menyelesaikan urusan ini kami cuma mengunggu di mobil, satpam tadi yang mengurusnya. Ternyata bukan kami saja yang tersasar, tadi juga ada mobil yang tersasar sebelum kami. Katanya ini karena sedang tidak ada petugas yang berjaga di area depan untuk mengarahkan mobil ke tujuannya. Ini pelajaran penting buat pengelola pelabuhan ini. Akhirnya setelah selesai urusan di kantor tersebut, kami dipandu oleh satpam menuju ke jalur yang benar. Setelah ditelusuri, akhirnya terlihat juga tulisan Dermaga 2 beserta kapal ferry yang akan dinaikki. Saya cukup tegang saat menaiki tanjakan pintu ferry yang lumayan terjal, takut nyemplung ke laut, juga takut mobilnya mundur (maklum newbie). Alhamdulillah ternyata tidak ada kendala.

Suasana pelabuhan Bakauheni malam hari


Parkir mobil pun saya sangat spesial, menghadap langsung menuju ramp turunan ke deck bawah tadi!. Sempat bingung dan bertanya kepada petugas yang mengatur parkir deck "gimana mobil lain bisa naik kalo saya parkir di sana?". Ternyata saya adalah penumpang terakhir untuk parkir mobil di deck tersebut. Keuntungannya saya bisa keluar duluan kalo truck-truck di deck bawah sudah keluar, mantap. Di sini saya sadar bahwa masalah tergantung kita menyikapinya, ada hikmah yang tersembunyi di baliknya. Setelah 2,5 jam perjalanan akhirnya tiba di Pelabuhan Merak. Dari sini Google Map mulai dinyalakan dengan tujuan jl. Margonda, Depok. Kami memutuskan untuk ke Depok terlebih dahulu untuk men-drop barang-barang titipan adik,  lalu kemudian ke Bekasi untuk menginap di rumah Tante.

 
Parkir spesial
Parkir spesial
Ramp turun ke deck bawah


Namun karena baru pertama kali menggunakan Google Map, jadi tidak tahu fitur-fiturnya jadi hanya menscroll dan melihatnya seperti peta biasa, padahal ada fitur navigasi!. Walhasil kami tersasar di Pademangan karena salah keluar tol. Dengan kondisi yang capek akhirnya teringat kalo ada fitur pemandu di aplikasi ini, coba otak-atik menunya dan ketemu, fitur navigasi diaktifkan dan kita akhirnya berhasil kembali ke jalur yang benar setelah tersasar tengah malam menyusuri jalan tikus di kota Jakarta. Mobil pun ada yang lecet karena bersentuhan dengan ranting tanaman di tempat yang sempit, nyesek tapi sudah takdirnya. Setelah mengikuti panduan, akhirnya berhasil tiba di Jalan Margonda sekitar pukul 4 pagi. Tidak langsung ke tempat kost adik karena disamping kami belum tahu kondisi jalannya, juga tidak ingin membangunkan orang di pagi buta. Akhirnya diputuskan untuk mencari masjid untuk sholat subuh berjamaah.

Setelah mencari di sekitar jalan Margonda tapi tidak ketemu, akhirnya dapat lokasi masjid di Google Map yang berada di jalan yang cukup lebar dan ada tempat parkir mobil. Letaknya dekat dengan kampus Gunadarma lama. Setelah memarkir mobil, saya mencari toilet namun sedikit bingung karena kondisi masjid dalam keadaan sedang renovasi. Saya menelusuri tempat wudhu namun tidak ketemu. Lalu ada orang di sebelah saya hendak mengambil wudhu, kemudian saya bertanya di mana toilet berada. Tak disangka orang tersebut ternyata... Egi John :D . Saya tidak terlalu mengikuti gosip, namun ulahnya men-tag Riduan Kamil, Jokowi, dll di Instagram mau tidak mau bikin saya tidak tahan juga men-stalk akunnya. Saya sering berprasangka buruk saat melihat artis bersikap religius di media sosial, paling pencitraan. Ternyata saya keliru. Sebuah pelajaran untuk selalu tidak menilai orang lain tanpa tahu keadaan yang sebenarnya.Jadi ingat quote yang berbunyi "kita dianggap baik bukan karena kebaikan kita, namun Allah swt yang menutup aib kita", hal tersebut benar adanya.

Meet Chloe, salah satu penghuni kostan adek saya



Setelah subuh, baru kita bergerak ke kostan adik saya yang ternyata jalannya sempit. Untuk parkir saja memakan waktu cukup lama agar bisa menyisakan space yang cukup untuk kendaraan lain lewat. Bapak dan Ibu saya turun dan men-drop barang-barang adik saya ke kostannya, sementara saya memilih tidur di mobil karena capek disamping juga banyak barang berharga di mobil. Namun tidak lama kemudian saya dibangunkan dan disuruh naik ke atas (ruang kostan) karena sudah disediakan sarapan. Saya pun ke atas untuk makan dan ke kamar mandi, juga biar tidak penasaran bagaimana rupa kostannya. Setelah selesai sarapan, kami menunggu adik saya tersebut karena dia bersiap untuk pergi bekerja dan kami akan mengantarnya ke kantor. Setelah tiba di kantornya dan men-dropnya di situ, kami pun melanjutkan perjalanan ke Bekasi dengan navigasi dari Google Map.

Bersambung...